Eitsss...Bukan surat cinta aku ya,,,
Hehehee,,aku gak pernah nulih surat cinta, dan gak pernah juga nerima surat cinta. tapi kalo surat tagihan listrik sih seringgg,.,,,^^
Ini surat cinta yang ditulis Noura (Saskia Adia Mecka) untuk Fahri (Fedi Nuril) dalam Ayat-ayat Cinta...
....
Kepada Fahri bin Abdillah, seorang mahasiswa
dari Indonesia yang lembut hatinya dan berbudi mulia
Assalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh.
Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni
surga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi.
Salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga
Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam
penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam
segala musim dan peristiwa.'
Wahai orang yang lembut hatinya,
Entah dari mana aku mulai dan menyusun kata-kata untuk
mengungkapkan segala sedu sedan dan perasaan yang ada di dalam dada. Saat
kau baca suratku ini anggaplah aku ada dihadapanmu dan menangis sambil
mencium telapak kakimu karena rasa terima kasihku padamu yang tiada taranya.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Sejak aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendirian
tiada memiliki siapa-siapa kecuali Allah di dalam dada, kaulah orang yang
pertama datang memberikan rasa simpatimu dan kasih sayangmu. Aku tahu kau
telah menitikkan air mata untukku ketika orang-orang tidak menitikkan air mata
untukku.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Ketika orang-orang di sekitarku nyaris hilang kepekaan mereka dan masa
bodoh dengan apa yang menimpa pada diriku karena mereka diselimuti rasa
bosan dan jengkel atas kejadian yang sering berulang menimpa diriku, kau tidak
hilang rasa pedulimu. Aku tidak memintamu untuk mengakui hal itu. Karena
orang ikhlas tidak akan pernah mau mengingat kebajikan yang telah
dilakukannya. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang saat ini kudera dalam
relung jiwa.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Malam itu aku mengira aku akan jadi gelandangan dan tidak memiliki
siapa-siapa. Aku nyaris putus asa. Aku nyaris mau mengetuk pintu neraka dan
menjual segala kehormatan diriku karena aku tiada kuat lagi menahan derita.
Ketika setan nyaris membalik keteguhan imanku, datanglah Maria menghibur
dengan segala kelembutan hatinya. Ia datang bagaikan malaikat Jibril
menurunkan hujan pada ladang-ladang yang sedang sekarat menanti kematian.
Di kamar Maria aku terharu akan ketulusan hatinya dan keberaniannya. Aku
ingin mencium telapak kakinya atas elusan lembut tangannya pada punggungku
yang sakit tiada tara. Namun apa yang terjadi Fahri?
Maria malah menangis dan memelukku erat-erat. Dengan jujur ia
menceritakan semuanya. Ia sama sekali tidak berani turun dan tidak berniat turun
malam itu. Ia telah menutup kedua telinganya dengan segala keributan yang
ditimbulkan oleh ayahku yang kejam itu. Dan datanglah permintaanmu melalui
sms kepada Maria agar berkenan turun menyeka air mata dukaku. Maria tidak
mau. Kau terus memaksanya. Maria tetap tidak mau. Kau mengatakan pada
Maria: ‘Kumohon tuturlah dan usaplah air mata. Aku menangis jika ada
perempuan menangis. Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halal baginya
tentu aku akan turun mengusap air matanya dan membawanya ke tempat yang jauh dari linangan air mata selama-lamanya. Maria tetap tidak mau.” Dia
menjawab: “Untuk yang ini jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak bisa.” Kemudian
dengan nama Isa Al Masih kau memaksa Maria, kau katakan, “Kumohon, demi
rasa cintamu pada Al Masih.” Lalu Maria turun dan kau mengawasi dari jendela.
Aku tahu semua karena Maria membeberkan semua. Ia memperlihatkan semua
kata-katamu yang masih tersimpan dalam handphone-nya. Maria tidak mau aku
cium kakinya. Sebab menurut dia sebenarnya yang pantas aku cium kakinya dan
kubasahi dengan air mata haruku atas kemuliaan hatinya adalah kau. Sejak itu
aku tidak lagi merasa sendiri. Aku merasa ada orang yang menyayangiku. Aku
tidak sendirian di muka bumi ini.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Anggaplah saat ini aku sedang mencium kedua telapak kakimu dengan air
mata haruku. Kalau kau berkenan dan Tuhan mengizinkan aku ingin jadi abdi
dan budakmu dengan penuh rasa cinta. Menjadi abdi dan budak bagi orang
shaleh yang takut kepada Allah tiada jauh berbeda rasanya dengan menjadi
puteri di istana raja. Orang shaleh selalu memanusiakan manusia dan tidak akan
menzhaliminya. Saat ini aku masih dirundung kecemasan dan ketakutan jika
ayahku mencariku dan akhirnya menemukanku. Aku takut dijadikan santapan
serigala.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Sebenarnya aku merasa tiada pantas sedikit pun menuliskan ini semua.
Tapi rasa hormat dan cintaku padamu yang tiap detik semakin membesar di
dalam dada terus memaksanya dan aku tiada mampu menahannya. Aku
sebenarnya merasa tiada pantas mencintaimu tapi apa yang bisa dibuat oleh
makhluk dhaif seperti diriku.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Dalam hatiku, keinginanku sekarang ini adalah aku ingin halal bagimu.
Islam memang telah menghapus perbudakan, tapi demi rasa cintaku padamu
yang tiada terkira dalamnya terhunjam di dada aku ingin menjadi budakmu.
Budak yang halal bagimu, yang bisa kau seka air matanya, kau belai rambutnya
dan kau kecup keningnya. Aku tiada berani berharap lebih dari itu. Sangat tidak
pantas bagi gadis miskin yang nista seperti diriku berharap menjadi isterimu. Aku merasa dengan itu aku akan menemukan hidup baru yang jauh dari cambukan,
makian, kecemasan, ketakutan dan kehinaan. Yang ada dalam benakku adalah
meninggalkan Mesir. Aku sangat mencintai Mesir tanah kelahiranku. Tapi aku
merasa tidak bisa hidup tenang dalam satu bumi dengan orang-orang yang
sangat membenciku dan selalu menginginkan kesengsaraan, kehancuran dan
kehinaan diriku. Meskipun saat ini aku berada di tempat yang tenang dan aman
di tengah keluarga Syaikh Ahmad, jauh dari ayah dan dua kakakku yang kejam,
tapi aku masih merasa selalu diintai bahaya. Aku takut mereka akan menemukan
diriku. Kau tentu tahu di Mesir ini angin dan tembok bisa berbicara.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Apakah aku salah menulis ini semua? Segala yang saat ini menderu di
dalam dada dan jiwa. Sudah lama aku selalu menanggung nestapa. Hatiku selalu
kelam oleh penderitaan. Aku merasa kau datang dengan seberkas cahaya kasih
sayang. Belum pernah aku merasakan rasa cinta pada seseorang sekuat rasa
cintaku pada dirimu. Aku tidak ingin mengganggu dirimu dengan kenistaan kata-
kataku yang tertoreh dalam lembaran kertas ini. Jika ada yang bernuansa dosa
semoga Allah mengampuninya. Aku sudah siap seandainya aku harus terbakar
oleh panasnya api cinta yang pernah membakar Laila dan Majnun. Biarlah aku
jadi Laila yang mati karena kobaran cintanya, namun aku tidak berharap kau
jadi Majnun. Kau orang baik, orang baik selalu disertai Allah.
Doakan Allah mengampuni diriku. Maafkan atas kelancanganku.
Wassalamu’alaikum,
Yang dirundung nestapa,
Noura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar